SAYA RINDU AMBON MANISE YANG DAMAI

Dibaca: 195 Oleh Thursday, 18 February 2016Opini Publik
SAYA RINDU AMBON MANISE YANG DAMAI

Author :: Fathian Haroem
Date :: Sel 09/13/2011 @ 01:52
Ketika saya nonton tayangan televisi tentang kasus kerusuhan di Ambon yang terjadi baru-baru ini, hati saya langsung berdebar dan khawatir kerusuhan tahun 1999 terulang kembali. Saya bersyukur ternyata kekhawatiran saya tidak berlangsung lama karena Ambon segera dapat diamankan dan saya salut terhadap antisipasi yang dilakukan oleh berbagai pihak. Provinsi Maluku yang beribukota di Ambon itu memang sangat indah, merupakan provinsi yang mempunyai banyak pulau. Kaya akan potensi laut. Namun sayang, rentan dengan konflik.

Jika kita perhatikan, betapa mudahnya masyarakat Ambon terprovokasi. Berawal dari adanya seorang tukang ojek yang mati karena menabrak pohon. Kemudian tersebar isu bahwa tukang ojek itu mati karena dibunuh. Berita inilah yang menyulut kerusuhan. Dari kasus itu jelas bahwa betapa mudahnya masyarakat terprovokasi untuk kemudian saling menyerang sesama masyarakat. Mengapa mereka mudah terprovokasi ?. Secara awam saya mencoba menjawab :

  1. Luka lama akibat konflik tahun 1999 masih dirasakan oleh sebagian masyarakat, padahal konflik itu sudah berlangsung lebih sepuluh tahun yang lalu. Ingat bahwa semua agama mengajarkan kepada kita bahwa kita tidak boleh dendam.
  2. Mungkin ada sekelompok orang yang menginginkan terjadinya konflik di Ambon, demi kepentingan-kepentingan tertentu. Beredarnya sms menunjukkan kearah itu.
  3. Adanya luka tembak bagi para korban menunjukkan bahwa senjata api masih ada yang beredar di tengah-tengah masyarakat.

Saya hanya bias berdoa, semoga kasus kerusuhan yang baru saja terjadi merupakan yang terakhir dan tidak akan terulang lagi. Saya ingin melihat Ambon Manise yang Damai, karena damai itu sungguh membahagiakan, sebaliknya konflik itu menyengsarakan. Saya juga berharap semoga semua pihak yang berwenang dapat berkontribusi dalam mengantisipasi tiga hal tersebut di atas. ( Fathian Haroem )

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel