Mengakhiri untuk Mengawali

Dibaca: 228 Oleh Wednesday, 20 April 2016Opini Publik
Mengakhiri untuk Mengawali

Author :: Galuh Pangestu

Date :: 20/04/2016 @11.25

Suara menggelegar khas orasi-orasi era kemerdekaan menggaung ke sekeliling sudut-sudut ruang pertemuan mewah hotel Arya Duta Jakarta. Riuh massa dengan gejolak haru dan harapan bersaut-sautan dengan orasi tersebut. Di pojok ruangan, seorang lelaki yang dihiasi rambut memutih berbisik, “Apa karena ia ajudan Soekarno yah kok suaranya mirip dengan Soekarno?” Sambil ditimpali balik oleh istrinya yang setia menemani, “Iya yah, betul”. Sang suami yang mulai tua kembali menimpali, “Ia merupakan ajudan terakhir Soekarno bu, ia disangkakan terlibat peristiwa Cikini di tahun 65, makanya ia ditangkap” katanya kemudian.

Kedua sejoli yang sudah lama merajut usia bersama itu sedang membicarakan Sidarto Danusubroto yang tengah membacakan refleksi penutupan Simposium Tragedi 65 yang digelar pada 18 dan 19 April kemarin. Suami dari pasangan itu pun tidak jauh beda dengan Sidarto, ia pernah ditangkap belasan tahun karena diduga terlibat partai palu arit.

Sidarto ditunjuk membacakan penutupan karena dianggap mampu merepresentasikan kelompok yang terdampak oleh Tragedi 65. Butir demi butir ia bacakan sambil diiringi geliat kebahagiaan dari seluruh penjuru ruangan. Setiap butir dari sebelas butir ringkasan yang ia bacakan, selalu dibalas teriakan kegembiraan, atau sorot haru penuh harapan dari tiap-tiap manusia yang mungkin saja hanya di PKI-kan.

Sorot mata mereka mengutarakan kebahagiaan atas terselenggaranya acara yang sebelumnya penuh dengan kecaman. Pemerintah, melalui Kemenko Polhukam ikut memfasilitasi penyelenggaraan acara, karena penyelesaian kasus HAM juga merupakan realisasi janji politik Presiden Joko Widodo. Janji ini tertuang dalam Nawa Cita butir pertama, maka tidak heran, jika Sidarto yang juga merupakan anggota Wantimpres menyelipkan butir Nawa Cita pada pembacaan penutupan Simposium. “Negara hadir untuk melindungi kalian semua, saya bangga pada teman teman semua” ujarnya penuh haru dalam gurat ketegasan.

Risalah yang dibacakan menjadi ceriman awal pemersatu pihak-pihak yang bertentangan akibat dampak tragedi 65. Risalah ini mungkin saja menjadi akhir dari simposium bersejarah, yang mulai menorehkan tinta keberanian pemerintah dalam mengungkapkan kebenaran, namun risalah ini merupakan akhir untuk memulai sebuah awalan yang baru. Lembaran sejarah bangsa yang akan ditulis bersama-sama dengan semangat kolektif untuk menghilangkan luka. Bersama-sama memaafkan tanpa melupakan. Akhir dari sebuah simposium bersejarah merupakan awal dari sejarah bangsa itu sendiri, untuk mengubah apa yang telah lampau dan berakhir, menjadi sebuah awalan yang menjanjikan.

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel