Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan

Dibaca: 470 Oleh Monday, 18 April 2016August 14th, 2018Berita, Berita HAM
Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan

Setelah 50 tahun tragedi 1965 berlalu akhirnya Kemenko Polhukam membuka kembali sebuah persoalan yang belum terjawab dan belum ada yang menjawab, lewat Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan” di Ballroom Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin 18 April 2016.

Simposium yang dihadiri tidak kurang dari 500 orang korban, keluarga korban tragedi 1965, pengamat, dan aktivis korban kekerasan di Indonesia serta undangan lainnya dibuka secara resmi oleh Menko Polhukam RI, Luhut Binsar Pandjaitan sekaligus bertindak sebagai keynote speaker. Kemudian, Letnan Jendral TNI Sintong Pandjaitan dan Buya Ahmad Safi’i Ma’arif masing-masing memberikan sambutan utama.

Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan” dilaksanakan dalam empat sesi; sesi pertama dengan subtema Ciri umum masyarakat yang multikultural ditinjau dari kajian perspektif psiko-antropohistoris dengan menghadirkan narasumber Dr. Risa Permanadeli dan Dr. Limas Sutanto, SPKJ, dimoderatori oleh Dr. Nani Nurrachman (Dosen Psikologi Unika Atma Jaya).

Sesi kedua menampilkan subtema Kesejarahan Bangsa Indonesia (I): dinamika politik menjelang tragedi 1965. Dr. Asvi Warman Adam, Jacky Mardono Tjokrodirejo, Dr. Sulastomo dan Todung Mulya Lubis sebagai narasumber masing-masing memberikan gambaran dinamika politik Indonesia yang menimbulkan konflik antara pihak-pihak yang berseberangan secara ideologis hingga pecahnya tragedi berdarah “G 30 S”. Apa yang terjadi sehingga para Jenderal terbunuh secara tragis, serta pembunuhan massal serta berbagai pelanggaran HAM lainnya pasca G 30 S.

Sesi ketiga Kesejarahan Bangsa Indonesia (II): Dampak kemanusiaan dan psikososio-kultural dari tragedi 1965-1966, dimana Winarso, Catherine Pandjaitan, Svetlana Nyoto dan Nani Nurani sebagai narasumber masing-masing memberikan gambaran pengalaman korban/penyintas sebagai fakta sejarah yang tidak selalu sama dengan data/bukti legal formal. Sesi ini mendapat respon beragam dari hadirin yang kebanyakan adalah korban dan keluarga korban dari tragedi 1965.

Sesi keempat Kesejarahan Bangsa Indonesia (III): pola kekuasaan dan dinamika masyarakat Indonesia pasca tragedi 1965. Hadir sebagai narasumber Prof. Dr. Ariel Heryanto, Prof. Dr. Salim Said, Batara Hutagalung dan Yuniati Chuzaifah masing-masing memberikan gambaran ciri dan dinamika politik serta masyarakat Indonesia sebagai pengaruh pasca tragedi 1965, termasuk berbagai perubahan dan ekses dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Rencananya Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan” akan dilanjutkan pada hari kedua, Selasa 19 April 2016 di tempat yang sama dengan menghadirkan berbagai narasumber dari sudut pandang subtema yang disajikan.

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel