Menko Polhukam: Puasa untuk Membangun Empati dan Kesetaraan

Dibaca: 46 Oleh Tuesday, 5 April 2022Menko Polhukam, Berita
5a
SIARAN PERS No.42/SP/HM.01.02/POLHUKAM/4/2022
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Moh. Mahfud MD menegaskan bahwa puasa adalah untuk membangun empati dan kesetaraan. Hal ini ditegaskan Menko Polhukam saat mengisi ceramah sebelum Salat Tarawih di Masjid Istiqlal Jakarta, Selasa (5/4).
Semua manusia, papar Menko Polhukam, punya harga diri, punya harkat dan martabat yang sama. Oleh sebab itu, sipapun tidak dibenarkan jika seseorang memandang orang lain lebih rendah dari dirinya. Bagi Menko Polhukam, menganggap orang lain lebih rendah adalah tindakan jahiliyah.
“Berpuasa itu membangun empati dan kesetaraan, empati itu apa? ikut merasakan kesedihan orang. Kalau orang lapar itu rasanya seperti ini, kalau orang kedudukannya lebih rendah rasanya seperti ini,” ujar Menko Polhukam di hadapan jamaah Masjid Istiqlal.
Dalam kesempatan ini, Menko Polhukam mengurai kisah seorang sahabat nabi bernama Abu Dzar al-Ghifari yang pernah ditegur oleh Nabi Muhammad karena memaki budak atau pembantunya secara berlebihan.
“Abu Dzar al-Ghifari suatu hari tampak di depan para sahabat yang lain memakai baju yang sama kualitasnya, memakai sandal atau sepatu yang sama kualitasnya dengan para pembantunya. Lalu para sahabat bertanya, kenapa Abu Dzar memakai baju yang sama dengan para pembantunya? Abu Dzar bercerita; saya pernah ditegur oleh nabi karena saya memarahi budak dengan kata-kata; kamu ini bodoh, pemalas sama dengan ibumu, dasar budak!,” kisah Menko Polhukam, menirukan kata-kata Abu Dzar.
“Kalau kamu punya pembantu, punya karyawan, perlakukan dia dengan baik, berilah pakaian seperti yang kamu pakai, berilah makanan seperti yang kamu makan, bantulah dia kalau bekerja, karena sebenarnya dia itu membantumu, pekerjaan pokoknya itu ada padamu,” tambah Menko Polhukam menirukan kata-kata nabi pada Abu Dzar.
Menko Polhukam mengajak para jamaah memperkuat semangat menghargai orang lain, sebagai bagian dari semangat kemerdekaan yang ingin membangun kesetaraan dan keadilan, bukan kesewenang-wenangan.
“Di dalam Bulan Puasa ini, mari kita bangun ketakwaan kita itu dengan membangun empati dan kita jaga negara kesatuan republik Indonesia ini sebagai negara yang merdeka karna ingin membangun kesetaraan dan keadilan, bukan membangun kesewenang-wenangan. Ini cara kita mengisi kemerdekaan,” ujar Menko Polhukam yang juga alumni Pondok Pesantren Al-Mardiyah, Pamekasan ini. (*)

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel