Wiranto: Ancaman Terbesar Indonesia Adalah Perpecahan

Dibaca: 886 Oleh Monday, 20 March 2017Berita
Wiranto: Ancaman Terbesar Indonesia Adalah Perpecahan

JAKARTA – Ancaman terbesar bangsa Indonesia bukanlah berasal dari luar tetapi dari dalam negeri sendiri.

Demikian pernyataan Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Wiranto saat memberikan sambutan dalam Perayaan Cap Go Meh bersama 2017 yang diadakan oleh Forum Bersama Indonesia Tionghoa (FBIT), dengan tema Bekerja Keras Mengatasi Kesenjangan Untuk Menciptakan Kesejahteraan yang Lebih Baik dan Berkeadilan di Jakarta, Minggu (19/3) malam.

“Kejahatan narkoba, terorisme, radikalisme, korupsi, ilegal logging, ilegal fishing dan sebagainya, itu ada dan kelihatan. Tapi yang bahaya adalah perpecahan dari bangsa itu sendiri,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Untuk itu, lanjutnya, masyarakat bisa menetralisir ancaman tersebut dengan merajut kebersamaan sebagai bangsa, caranya yaitu kembali membangun toleransi. Menurutnya, membangun dengan toleran artinya masyarakat bisa merasakan penderitaan orang lain, bisa merasakan suka cita orang lain.

“Bangsa Indonesia adalah bangsa yang penduduknya paling besar beragama islam, tapi ketika bangsa ini didirikan kita tidak memaksakan sebagai negara islam karena ada toleransi, dimana ada berbagai suku, agama, dan ras. Karena itu, mari kita menjaga kebersamaan dan membangun toleransi dan kebersamaan,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Menko Polhukam mengatakan, tema Cap Go Meh yang diangkat saat ini sangat tepat untuk mengatasi kesenjangan dan menciptakan kesejahteraan. Dia pun mengajak masyarakat Tionghoa untuk tetap memikirkan jangan sampai ada kesenjangan yang terlalu lebar, menciptakan keadilan, dan mengambil andil dalam membangun kesejahteraan.

“Yang terpenting bagaimana menciptakan kesejahteraan yang berkeadilan,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Dikatakan, Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan agar kesenjangan tidak terlalu lebar. Saat ini, melalui rasio angkanya sudah cukup baik dari angka awal 0, 40 menjadi 0,39. Menurutnya, pemerintah sudah mengeluarkan kartu pintar, kartu sehat, membangun dari pinggiran sebagai upaya untuk membangun kesejahteraan.

“Tapi jangan biarkan pemerintah kerja sendiri, masyarakat harus membantu. Saya ajak masyarakat Tionghoa berperan serta membantu pemerintah untuk mengatasi kesenjangan, menciptakan keadilan dan kesejahteraan,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Dalam kesempatan itu, Menko Polhukam menegaskan mengenai pentingnya toleransi dalam kehidupan. Dikatakan, membangun toleransi di antara masyarakat ada dua arah. Pertama yaitu dari dalam dengan cara harus menahan diri, jangan suka pamer, memperlihatkan kekayaan dan kekuatan pada masyarakat yang rata-rata kekurangan. Kedua, dari luar dengan cara membangun kesejahteraan, membangun cinta kasih, niscaya akan mendapat kepercayaan dan kecintaan.

Wiranto pun memberikan tiga pesan yaitu masyarakat harus merasa memiliki negeri ini. Setelah merasa memiliki, mari masyarakat harus membela negeri ini, bukan hanya membela negara tapi membela masyarakat, teman-teman, kaum fakir miskin dan dhuafa. Kemudian, masyarakat harus mampu selalu mengintrospeksi diri.

“Kalau 3 hal ini dapat dilaksanakan, maka Cap Go Meh ini merupakan kebangkitan kita sebagai bangsa, dan masyarakat Tionghoa untuk membangun kebersamaan, membangun toleransi, dan memberikan sumbangsih untuk mengatasi kesenjangan,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Sementara itu, Ketua Pembina Forum Bersama Indonesia Tionghoa, Murdayapoo mengapresiasi kehadiran Menko Polhukam yang telah menambah keyakinan bahwa etnis Tionghoa saat ini sudah disadari sejak nenek moyang adalah satu suku. Apalagi, dengan adanya UU 12/2006 tentang WNI, sehingga etnis Tionghoa memiliki status dan hak yang sama, sehingga tidak ada lagi istilah pribumi dan non pribumi, asli dan tidak asli. Kemudian, Undang-Undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnik membuat engkap.

“Suku Tionghoa tidak pernah absen dalam menyeimbangkan bangsa khususnya di sektor ekonomi dan olahraga,” kata Murdayapoo.

Acara ini turut dihadiri Plt. Gubernur DKI Jakarta Sumarsono, Hartati Murdaya, perwakilan seluruh menteri kabinet kerja, para pemuka agama, para pengusaha yg tergabung dalam FBIT, dan masyarakat Tionghoa.

Terkait

Gabung dalam diskusi 1 komentar

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel