Energi Nuklir dalam Pandangan Saya

Dibaca: 3525 Oleh Thursday, 18 February 2016Opini Publik
Energi Nuklir dalam Pandangan Saya

Author :: Herry Pasya Sumbada
Date :: Sen 04/18/2011 @ 09:43
Sebagai orang awam dan orang tua biasa, Saya bukanlah ahli tentang hal yang satu ini. Kalaupun pernah tahu dan mempelajarinya, itupun dulu ketika aku masih duduk di SMA. Namun, sebagai warganegara, mungkin ada baiknya Saya pun berbagi “sedikit” tentang informasi ini terkait dengan hiruk pikuk kontroversi yang “menyelimuti” rencana pemerintah mengembangkan energi nuklir sebagai alternatif energi masa depan.

Jujur harus saya akui, belakangan ini Saya rajin mencari tahu informasi tentang energi nuklir melalui jaringan internet (thanks to “keajaiban teknologi informasi dan komunikasi”), yang beberapa naskahnya Saya unduh-cetak, hingga sudah menghabiskan tak kurang dari 1 (satu) rim kertas HVS ukuran A4, 70 gram (soalnya, untuk sesuatu yang selalu “all-new” Saya amat penasaran, bro…!).
Jujur juga saya akui, tadinya Saya adalah orang yang dibayangi “ketakutan” dan “trauma” dengan sesuatu yang “berbau nuklir”; apalagi dengan kejadian atau “kecelakaan” yang terjadi di Three Mile Island, di sungai Susquehanna, selatan Harrisburg, Pennsylvania (28 Maret 1979), dan Chernobyl, Prypiat, Ukraina (26 April 1986).
Benar bahwa kecelakaan Chernobyl, telah menimbulkan korban tewas seketika 31 orang, dan tak kurang dari 120.000 orang dievakuasi dari area sekitar dampak ledakan. Yang pasti beberapa alasan penting dari timbulnya kecelakaan itu adalah : dangerous design of the reactor, dan poor safety culture. Dan “the direct reason for the accident was consistent violation of rules during the scheduled test of the turbo generator”(ICJT). Dan itu merupakan “dua kecelakaan signifikan PLTN” dalam rentang waktu 50 tahun, sebagaimana dapat dilihat dalam www.world-nuclear.org/info/inf06.html.

  • Three Mile Island (USA 1979) where the reactor was severely damaged but radiation was contained and there were no adverse health or environmental consequences.
  • Chernobyl (Ukraine 1986) where the destruction of the reactor by steam explosion and fire killed 31 people and had significant health and environmental consequences. The death toll has since increased to about 56.

Atas dasar itu, Saya pun mencoba mencari tahu dan menggali sebanyak mungkin informasi tentang hal itu. Satu hal yang memang muncul seketika setelah “bencana” (Chernobyl) tersebut adalah timbul gerakan atau sentimen “anti nuklir” di seluruh dunia. Swedia adalah salah satu negara yang seketika itu juga (1990) melakukan referendum untuk menghentikan 12 pembangkit tenaga nuklirnya.
Namun kini, setelah lebih dari 24 tahun, yang Saya dapat dari informasi unduhan adalah kenyataan bahwa pengembangan energi nuklir tidak malah semakin surut dan berhenti total. Di Eropa sendiri (termasuk Swedia) hingga Maret 2010 terdapat 195 pembangkit listrik tenaga nuklir (Nuclear Power Plants=NPP) yang tersebar di 17 negara; dengan Prancis sebagai pemilik NPP terbanyak, yaitu 58 pembangkit; disusul Rusia, sebanyak 32 pembangkit; Kerajaan Inggris, 19 pembangkit dan Jerman, 17 pembangkit. Kebutuhan listrik di Prancis, 76,2% dipenuhi oleh pembangkit-pembangkit ini; disusul Lituania, 72,9%; Republik Slovakia, 54,4%; Belgia, 53,8% dan (yang pada mulanya “menangguhkan”), Swedia, 42%(!!!).
Bahkan saat ini, tengah dibangun tak kurang dari 16 pembangkit baru di Eropa, dengan Rusia sebagai negara terbanyak yang tengah merampungkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklirnya, yaitu sebanyak 8 pembangkit.
Amerika Serikat sendiri nyatanya memiliki 104 pembangkit listrik tenaga nuklir, untuk memenuhi kebutuhan listrik dalam negerinya. Dan menurut Forrest J. Remick, profesor emeritus teknik nuklir, menyatakan : “Nuclear plants are very safe”. Ini ditunjukkan dengan membandingkan tingkat kecelakaan industri untuk PLTN yang hanya 0,24 per 200.000 jam-kerja, dibandingkan dengan 3,5 kecelakaan per 200.000 jam-kerja untuk seluruh industri manufaktur di AS (14,6 kali lebih besar). Dan selama hampir 50 tahun beroperasinya PLTN di AS, tak ada satu anggota masyarakat-pun tewas atau mengalami luka akibat radiasi nuklir. Menurut beliau juga saat ini telah dikembangkan “a new generation of reactors has been designed to include passive safely features”; dan telah didemonstrasikan dalam reaktor uji di AS, Jerman, China dan Afrika Selatan. Desain reaktor baru tersebut dikenal sebagai VHTR (Very High Temperature Reactor). Memang benar bahwa untuk membangunnya cukup mahal dibandingkan pembangkit non-nuklir, seperti gas dan batubara. Namun ia tidak menimbulkan polusi udara, yang bisa menimbulkan hujan asam, dan pelepasan CO2 ke atmosfir yang menimbulkan efek rumah kaca.
Limbah nuklir memang ada, tetapi berdasarkan informasi unduhan, limbah ini jika ditangani secara tepat dengan tingkat keselamatan yang tinggi (dan memang telah tersedia teknologinya) tidak terlalu merisaukan.
Tampaknya, justru setelah kejadian Chernobyl, semua negara yang selama ini mengembangkan PLTN semakin mengetatkan berbagai persyaratan pembangunan PLTN. PBB melalui IAEA-nya adalah badan yang secara tegas dan ketat mengawasi pembangunan PLTN dimanapun berada. Disadari atau tidak, justru kecelakaan Chernobyl-lah yang telah memberikan banyak pelajaran berharga bagi negara pengembang PLTN. PLTN kini dibangun secara lebih aman dan selamat, dan menghasilkan energi yang “bersih” dan “murah”. Nyatanya, energi nuklir atau PLTN merupakan penghasil listrik berbiaya termurah, dimana rata-rata biaya produksi per kWh-nya hanya 1,87 sen dollar. Satu pon uranium menghasilkan energi setara dengan enam ton batubara; atau 1200 galon minyak.
Nuklir untuk pembangkit listrik tidaklah sama dengan nuklir untuk senjata pemusnah massal. Nuklir untuk listrik tidak bisa meledak karena pengayaannya tak lebih dari 20%; sedangkan nuklir untuk senjata, pengayaannya harus mencapai 100%. (jadi tidaklah realistik mengidentikkan kecelakaan Chernobyl dengan bom atom Hiroshima-Nagasaki).
(It should be emphasised that a commercial-type power reactor simply cannot under any circumstances explode like a nuclear bomb [www.world-nuclear.org/info/inf06.html]).
Catatan : Saya memang bukan Ahli Nuklir. Tapi bolehkan berbagi pandangan…?

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel