Menko Polhukam Cerita Pengalaman Indonesia Saat Bom Bali 15 Tahun Lalu

Dibaca: 713 Oleh Wednesday, 10 May 2017Berita
Menko Polhukam Cerita Pengalaman Indonesia Saat Bom Bali 15 Tahun Lalu

BALI – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto menghadiri acara Workshop on Strengthening Tourism Business Resilience Againts The Impact of Terrorism Attack di Bali, Selasa (9/5). Dalam pidato pembukaannya, Menko Polhukam menceritakan pengalaman masyarakat di Bali dan Indonesia yang bangkit ketika menjadi korban ledakan bom teroris 15 tahun yang lalu.

“Masyarakat di Bali telah membuktikan keberhasilan mereka pasca bom teroris 15 tahun yang lalu, sehingga hari ini kita bisa menikmati surga wisata yang ada di Bali,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Diceritakan, 15 tahun yang lalu masyarakat Bali telah menjadi korban dari aksi terorisme berskala besar yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang parah. Dikatakan, bukan hanya di Indonesia, tetapi dunia juga kaget saat menyaksikan kebrutalan tindakan tersebut. Karena lebih dari 200 korban dari 22 negara kehilangan nyawanya, separuh lainnya mengalami luka fisik yang sangat parah dan sampai hari ini masih dirasakan.

“Tapi korban terbesar dari semua akibat serangan bom itu secara alami adalah industri pariwisata di Bali dan kehidupan masyarakat di Bali,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata pada tahun 2012, dalam dua tahun berturut-turut setelah pemboman, kunjungan wisatawan turun lebih dari 40 persen. Kemudian, lebih dari 200 ribu pekerjaan yang berkaitan dengan pariwisata tutup. Pendapatan devisa juga menurun 10,21 persen setelah pemboman 2002 dan 2,61 persen setelah pemboman 2005 dengan total kerugian setengah miliar dolar AS pada kedua tahun tersebut.

“Tetapi kita bukanlah bangsa atau masyarakat yang dengan mudah kehilangan kepercayaan diri dan selalu bertahan ketika menghadapi bencana atau kesulitan, termasuk serangan teroris. Kita tidak pernah tunduk pada ancaman teroris, dan pada hari ini kita bahkan lebih berkomitmen untuk melawan dan mengalahkan kejahatan luar biasa ini,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Menko Polhukam mengatakan ada beberapa hal yang telah dilakukan pemerintah Indonesia dalam mencegah atau menghadapi serangan teroris. Pertama, polisi Indonesia yang selalu membuka diri untuk kerjasama secara regional dan internasional, telah berhasil menangkap semua pelaku teroris, termasuk membongkar seluruh jaringan teroris yang terlibat dalam serangan Bom Bali.

“Keberhasilan penegakan hukum ini penting untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat dan kepercayaan terhadap kemampuan aparat keamanan Indonesia untuk menjamin keamanan dan ketertiban bagi wisatawan mancanegara,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Kedua, setelah pemboman Bali pada tahun 2002, demi meningkatkan citranya sebagai daerah tujuan wisata, pemerintah Indonesia meluncurkan program pemulihan yang sebagian besar disusun oleh Badan Pariwisata Bali (BTB). Pemerintah juga dengan cepat menyalurkan dana ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang kemudian bertanggungjawab penuh atas upaya pemulihan secara nasional.

Secara internasional, pemerintah Indonesia bersama dengan komunitas yang terkait dengan pariwisata menggelar kampanye solidaritas di seluruh dunia dengan pesan “Janganlah kita terintimidasi oleh tindakan terorisme, karena pariwisata merupakan bagian dari kebutuhan alami manusia”.

“Secara nasional, tentu saja, ungkapan simpati dikirim ke keluarga korban atas nama rakyat Indonesia. Singkatnya, seluruh bangsa Indonesia sangat bersatu dalam solidaritas. Rasa persatuan dan solidaritas nasional yang kuat melawan terorisme sangat penting tidak hanya saat sedang melawan tetapi juga saat dalam pemulihan,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Ketiga, pemerintah Indonesia dengan cepat membuka diri terhadap bantuan dan kerjasama internasional. Pemerintah sangat sadar akan fakta bahwa terorisme adalah kejahatan transnasional yang tidak dapat ditangani sendiri.

“Ini adalah masalah yang sangat rumit yang akan terus menimbulkan ancaman di masa depan. Suatu ancaman yang pada akhirnya membutuhkan pengalaman dan keahlian untuk menanganinya. Oleh karena itu, Indonesia menyambut baik tawaran dalam hal bantuan teknis, terutama dalam proses mengidentifikasi korban bom Bali melalui kemampuan penyelidikan forensik,” kata Menko Polhukam.

Menko Polhukam Wiranto mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia juga aktif berpartisipasi dalam kerja sama internasional terkait pencegahan pendanaan teroris.

Keempat, dalam mengatasi terorisme jangka menengah dan panjang, Indonesia tidak hanya menggunakan cara keras. Beberapa program pencegahan dilakukan dengan counter narrative, propaganda melawan ideologi intoleran yang telah diintensifkan melalui dunia siber, misalnya menindak penyalahgunaan teknologi siber.

“Indonesia juga telah memulai sebuah program deradikalisasi untuk melawan paham radikalisme dan  ekstremisme dengan mendorong radikal Indonesia dan mantan teroris untuk kembali ke masyarakat sebagai warga negara yang baik,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya, diakui bahwa masalah terorisme berasal tidak hanya dari satu subversi ideologi tetapi  juga dari berbagai ketidaksetaraan sosial, maka situasi ekonomi dan distribusi kekayaan nasional harus ditingkatkan dengan satu keinginan untuk memberantas terorisme demi kebaikan.

Menko Polhukam Wiranto berharap agar dunia, khususnya industri pariwisata, dapat kembali normal dan menempatkan terorisme ke tempat peristirahatan terakhir. Meskipun diakui, masih ada jalan yang cukup panjang untuk menuju ujung tersebut.  Sementara itu, terorisme bisa berkembang menjadi masalah global yang lebih rumit seperti munculnya fenomena Foreign Terrorist Fighter.

“Jika ditangani bersama-sama dengan negara-negara lain maka hal ini dapat diselesaikan lebih cepat. Untuk itulah, workshop ini sangat penting karena walaupun pariwisata hanya bagian kecil dari musuh teroris namun cukup dekat dari tindakan brutal teroris. Pemahaman, pendekatan dan metode baru harus dikembangkan untuk mengatasi masalah terorisme ini,” kata Menko Polhukam Wiranto.

Hadir dalam workshop tersebut, Kepala BNPT Suhardi Alius, Chairman of APEC Counter Terrorism, James Nachipo, Gubernur Bali, I Made Mangku Pastika, dan perwakilan pemerintah dari sejumlah negara.

Humas Kemenko Polhukam

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel