Upacara Peringati Hari Kebangkitan Nasional ke-111, Deputi Bidkor Kamtibmas : Kunci Kebesaran Bangsa Indonesia Adalah Gotong Royong

Dibaca: 86 Oleh Monday, 20 May 2019Berita
Whatsapp Image 2019 05 20 At 07.50.19

Polhukam, Jakarta – Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan melaksanakan upacara bendera memperingati Hari Kebangkitan Nasional ke-111, 20 Mei 2019. Upacara diinspekturi oleh Deputi Bidang Koordinasi Kemanan dan Ketertiban Masyarakat Kemenko Polhukam Carlo B. Tewu dan diikuti oleh seluruh pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenko Polhukam.

Membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informatika, Carlo mengatakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bangsa yang mampu terus menghidupi semangat persatuannya selama beradab-abad. Dikatakan bahwa kunci kebesaran bangsa Indonesia tersebut adalah gotong royong.

“Ketika diminta merumuskan dasar negara Indonesia dalam pidato di hadapan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno, menawarkan Pancasila yang berintikan lima asas. Namun Bapak Proklamator Republik Indonesia tersebut juga memberikan pandangan bahwa jika nilai-nilai Pancasila tersebut diperas ke dalam tiga sila, bahkan satu ‘sila’ tunggal, maka yang menjadi intinya inti, core of the core, adalah gotong-royong,” kata Carlo.

Selain itu, Carlo juga menyampaikan bahwa yel-yel “holopis-kuntul baris” adalah aba-aba nenek moyang kita di tanah Jawa, digunakan sebagai paduan suara untuk memberi semangat ketika mengerjakan tugas berat yang hanya bisa dikerjakan secara bergotong-royong, bersama-sama. Yel-yel ini disorakkan ketika kita membutuhkan gerak yang seirama, agar tujuan kita satu semata, bagaikan barisan burung bangau yang sedang terbang berbaris di angkasa.

“Bukan hanya di tanah Jawa, semangat persatuan dan gotong-royong telah mengakar dan menyebar di seluruh Nusantara. Ini dibuktikan dengan berbagai ungkapan tentang kearifan mengutamakan persatuan yang terdapat di seluruh suku, adat, dan budaya yang ada di Indonesia,” katanya.

Sebagaimana diserukan oleh Bapak Presiden Joko Widodo pada pidato di Depan Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2018 lalu, dari tanah Minang kita diimbau dengan petuah ‘Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang’. Kita juga diwarisi pepatah Sunda yang berbunyi ‘Sacangreud pageuh, sagolek pangkek’. Dari Bumi Anging Mamiri, kita bersama-sama belajar ‘Reso temma-ngingi, nama-lomo, nale-tei, pammase dewata’. Dari Bumi Gora, kita diminta: ‘Bareng bejukung, bareng bebose’. Dari Banua Banjar kita bersama-sama menjunjung ‘Waja sampai kaputing’. Semua menganjurkan bekerja secara gotong-royong.

“Meski kita gali dari kearifan nenek-moyang kita yang telah dipupuk selama berabad-abad, namun sejatinya jiwa gotong-royong bukanlah semangat yang sudah renta. Sampai kapan pun semangat ini akan senantiasa relevan, bahkan semakin mendesak sebagai sebuah tuntutan zaman yang sarat dengan berbagai perubahan,” kata Carlo.

Biro Hukum, Persidangan dan Hubungan Kelembagaan
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel