Pesawat Terbang Buatan Industri Nasional Diekspor ke Senegal

Dibaca: 304 Oleh Wednesday, 28 December 2016Berita
Pesawat Terbang Buatan Industri Nasional Diekspor ke Senegal

Industri kedirgantaraan nasional kembali menunjukkan kualitas produksinya yang diminati oleh negara lain. Ini dibuktikan oleh keberhasilan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) yang mampu mengekspor pesawat terbang CN235-220M Multi Purpose Aircraft (MPA) ke Senegal.

“Momen ini adalah bukti pengakuan dunia terhadap kualitas produk pesawat terbang buatan industri dalam negeri sekaligus menjadi kebangkitan industri kedirgantaraan Indonesia,” tegas Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto pada acara penyerahan kontrak pembelian pesawat terbang CN235-220M MPA oleh Angkatan Udara Republik Senegal dan ferry flight pesawat CN235-220 M MPA dari Bandung ke Senegal di PT. Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat, Selasa (27/12).

Saat ini, Senegal telah mengoperasikan satu unit CN235-220 untuk digunakan di beragam misi, mulai dari angkutan VVIP hingga misi evakuasi medis. Sebelumnya, di akhir November lalu, PT. DI juga berhasil menyelesaikan pesawat CN235 pesanan Royal Thai Police. Bahkan, Presiden Republik Guinea, Alpha Conde menyampaikan minatnya terhadap pesawat buatan anak bangsa Indonesia tersebut.

Beberapa keunggulan pesawat berkapasitas 49 penumpang tersebut antara lain mampu lepas landas dengan jarak yang pendek dan kondisi landasan belum beraspal. Pesawat CN 235-220M juga dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, seperti pesawat angkut penerjun, evakuasi medis, pesawat sipil maupun pesawat VIP dan VVIP.

Selanjutnya, memiliki ramp door yang mampu membawa kargo atau kendaraan di dalamnya, dilengkapi dengan sistem avionik terbaru modern dan Full Glass Cockpit, terdapat multihop Capability Fuel Tank, teknologi yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya, serta harganya yang kompetitif dengan biaya perawatan yang murah.

Menurut Airlangga, industri pesawat terbang dalam negeri, termasuk PT. DI, harus mampu menjadi lead integrator bagi tumbuh kembangnya ekosistem industri kedirgantaraan nasional, salah satunya adalah industri komponen pesawat terbang.

“Upaya tersebut diharapkan akan memberikan multiplier effect dalam penciptaan lapangan kerja yang bernilai tambah tinggi, membangun supply-chain industri angkutan udara nasional, peningkatan penerimaan pajak, serta mempercepat pembangunan infrastruktur kedirgantaraan Indonesia yang bersinergi dengan visi pemerintah membangun tol laut,” paparnya.

Apalagi, Indonesia sebagai negara maritim, membuat peranan transportasi udara sangat vital sebagai bagian dari sistem transportasi nasional. “Pertumbuhan angkutan udara di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, mencapai 17 persen per tahun dibandingkan pertumbuhan angkutan udara dunia yang hanya sekitar 5,5 persen per tahun,” ungkap Airlangga.

Tingginya kebutuhan angkutan udara tersebut, ujar Menperin, seharusnya dapat dimanfaatkan dan diisi oleh kemampuan industri dalam negeri, khususnya untuk membangun kemandirian teknologi industri pesawat terbang nasional.

Direktur Utama PT. DI Budi Santoso mengatakan, perusahaan telah memproduksi sebanyak 62 unit pesawat terbang CN235 untuk kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. “Yang diekspor sudah 35 unit kepada pemesannya, antara lain Venezuela, Senegal, Burkina Faso, Uni Emirat Arab, Pakistan, Turki, Malaysia, Korea Selatan, Thailand dan Brunei Darussalam,” sebutnya.

Sedangkan pelanggan dalam negeri, di antaranya TNI AU, TNI AL dan Merpati Nusantara Airlines. “Pesawat terbang CN235-220M MPA ini adalah bukti kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai teknologi tinggi,” tegas Budi.

Industri andalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) tahun 2015-2035, Pemerintah menetapkan industri alat transportasi merupakan salah satu dari enam industri andalan, yang meliputi Industri Pangan, Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan, Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka, Industri Elektronika dan Telematika serta Industri Pembangkit Energi.

“Fokus pengembangan industri hingga tahun 2035, untuk sektor industri kedirgantaraan adalah pengembangan pesawat, komponen pesawat dan perawatan pesawat,” ungkap Airlangga. Untuk mengembangkan tiga sektor tersebut, program pengembangan yang akan dilakukan Pemerintah, di antaranya mengembangkan kebijakan penggunaan produk dalam negeri, kebijakan pengembangan kawasan industri, kebijakan pengembangan komponen pendukung, pengembangan SDM termasuk pengembangan desain dan engineering serta kebijakan regulasi yang mendukung.

Airlangga mengatakan, Indonesia bangga memiliki PT. DI yang merupakan satu-satunya industri pesawat terbang di Asia Tenggara. “Sejak tahun 1976 hingga saat ini, lebih dari 180 pesawat terbang yang telah dibuat dan diserahkan kepada pengguna. Pesawat-pesawat tersebut terdiri dari Pesawat CN 235, CN 295 dan NC 212,” sebutnya.

Menurut Airlangga, di antara pesawat yang paling banyak diproduksi PT. DI adalah pesawat NC 212. Sedangkan dalam kurun waktu yang sama, PT.DI telah mengirim lebih dari 200 helikopter. “Kami berharap di tahun selanjutnya, PT. DI dapat meningkatkan jumlah produk pesawat dan helikopter yang di delivery baik di dalam maupun luar negeri sekaligus dapat meningkatkan diversifikasi produk sesuai dengan kebutuhan pasar,” tuturnya.

Saat ini, PT.DI sedang mengembangkan pesawat N219 dengan jumlah penumpang 19 orang yang diharapkan mendukung konektivitas antar wilayah di Indonesia yang sebagian besar terdiri dari kepulauan. Pesawat N219 merupakan pesawat perintis yang didesain sesuai dengan karakteristik wilayah Indonesia, antara lain mampu mendarat di ketinggian tertentu, seperti di wilayah Papua. “Pemerintah mengharapkan pesawat N219 dapat terbang perdana pada tahun 2017 nanti,” kata Airlangga. Selanjutnya, Pemerintah sedang merencanakan pengembangan jenis pesawat yang lain, yakni pesawat N245. Pesawat N245 adalah pesawat propeller dengan jumlah penumpang sekitar 50 orang. Pesawat ini cocok sebagai penghubung kota-kota kecil di wilayah Indonesia.

Dari sektor industri pendukung, pada tahun 2015 yang lalu, Kementerian Perindustrian telah mengukuhkan Asosiasi Industri Komponen pesawat Udara, Indonesia Aircraft and Component Manufacture Association (INACOM) yang anggotanya terdiri dari berbagai industri di bidang metal, karet, plastik, Polyurethane, serta lembaga riset, dan konsultan.

INACOM diharapkan mampu mendukung penyediaan komponen untuk pesawat produksi dalam negeri. Selain itu, INACOM juga diharapkan mampu menjadi bagian penting dalam rantai pasok global dalam industri pesawat di dunia. Saat ini INACOM turut serta dalam pengembangan beberapa komponen terutama pada program pesawat N219. Diharapkan, saat terbang perdana pesawat N219 memiliki TKDN sebesar 40 persen dan selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi 60 persen pada tahun 2019.

Di sektor jasa perawatan, lanjut Airlangga, Kemenperin juga memfasilitasi berdirinya Asosiasi Jasa Perbaikan dan Perawatan Pesawat (Maintenance, Repair dan Overhaul/MRO), yaitu Indonesia Aircraft Maintenance Services Association (IAMSA) yang saat ini beranggotakan lebih dari 35 industri MRO dan salah satunya yang paling besar adalah PT. Garuda Maintenance Facility (GMF).

Untuk mendukung peningkatan kapasitas MRO sebagai usaha dalam penyerapan pasar dalam negeri, saat ini telah diwacanakan beberapa pengembangan Aerospace Park di Indonesia diantaranya di Jawa Barat dan Bintan. “Kami berharap kedua Asosiasi di bidang kedirgantaraan tersebut dapat menjadi bagian penting dalam mendorong pengembangan industri kedirgantaraan nasional,” tegasnya.

Sebagai pelengkap dalam penguatan ekosistem di bidang industri kedirgantaraan, baru-baru ini telah dikukuhkan Pusat Desain dan Engineering Pesawat Udara atau Indonesia Aircraft Engineering Center (IAEC) di Pusat Teknologi Penerbangan LAPAN. IAEC diharapkan mampu mengisi sektor desain dan engineering dalam pengembangan pesawat maupun komponen sehingga dapat memperbaiki kualitas produk pesawat dan komponen di masa depan.

Sebelumnya, Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Telekomunikasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian I Gusti Putu Suryawirawan mengatakan, pemerintah berencana menambah jumlah proyek yang akan masuk daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Kemenperin mengusulkan pengembangan dua pesawat terbang lokal, yakni R-80 serta N-245 masuk dalam daftar revisi PSN. “Dua proyek pengembangan pesawat tersebut dianggap cukup strategis. Alasannya proyek ini bisa meningkatkan kemandirian Indonesia dalam penyediaan pesawat jarak menengah,” ujarnya.

Putu juga menjelaskan, proyek pesawat N-245 merupakan pengembangan dari pesawat CN-235 yang dikerjakan oleh PT Dirgantara Indonesia (Persero). Sedangkan, R-80 merupakan pesawat menengah dengan daya angkut 80 hingga 100 penumpang yang dikembangkan oleh PT Regio Aviasi Industri.

Apabila dua proyek pengembangan ini masuk revisi Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Proyek Strategis Nasional tersebut, akan lebih mudah mendapatkan dukungan pemerintah. Dukungan yang dimaksud Putu adalah fasilitas pengujian prototipe serta jaminan lainnya sebagai proyek strategis nasional. “Apalagi prototipe itu ada dua, satu di darat dan satu lagi untuk diterbangkan,” katanya.

Dengan masuknya dua proyek ini dalam taraf strategis, Putu menargetkan pengembangan prototipe akan dimulai pada awal 2017 mendatang. Diharapkan pula, akhir 2019 kedua pesawat itu dapat segera terbang.
Demikian siaran pers ini untuk disebarluaskan.
Bandung, 27 Desember 2016
BIRO HUBUNGAN MASYARAKAT

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel