Gubernur Lemhanas: Simposium merupakan Langkah Berani

Dibaca: 91 Oleh Wednesday, 20 April 2016Berita
Gubernur Lemhanas: Simposium merupakan Langkah Berani

Gubernur Lemhanas Agus Widjojo memberikan apresiasi pada semua kelompok yang hadir pada simposium tragedi 1965, menurutnya ini merupakan langkah yang berani. Berani yang dimaksud oleh Gubernur yang baru saja dilantik oleh Presiden Joko Widodo tersebut, yakni bukan saja untuk berani hadir, namun juga berani mendengarkan kebenaran dengan versi yang berbeda.

“Saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan bahkan juga penghormatan karena yang hadir disini telah menunjukan keberanian, keberanian bukan saja untuk hadir secara fisik namun juga keberanian untuk mendengarkan ada pendapat yang berbeda” ujarnya pada saat memberikan paparan rekomendasi rekonsiliasi di acara tersebut di Hotel Arya Duta, Jakarta.

Masih menurut Gubernur Lemhanas, keberanian mendengarkan kebenaran dengan versi yang berbeda masih merupakan kemewahan di negeri ini. “Kemampuan seperti itu masih merupakan sebuah kemewahan di dalam masyarakat kita” ujarnya.

Menurut Petinggi Lemhasan itu, secara sadar atau tanpa sadar, manusia lebih memilih berkumpul dengan orang-orang dengan pemikiran yang sama. Hal ini akan menjadi penggumpalan yang semakin parah, dalam konteks tragedi 1965. Kecenderungan ini akan membuat jurang yang semakin dalam antara pihak yang masing-masing menyimpan luka berbeda.

Gubernur Lemhanas mengingatkan bahwa tantangan bagi jalannya simposium adalah bagaimana menggunakan kemewahan yang berupa kesempatan mendengarkan kebenaran berbeda dari tangan pertama, dengan penuh rasa tanggung jawab.

“Apa yang bisa kita berikan pada bangsa dan negara dengan kita bisa hadir dalam kemewahan tanpa membayar sepeser pun. Proses rekonsiliasi ini sebagai dasar untuk mencari penyelesaian pelanggaran HAM berat masa lalu” tegasnya.

Simposium tragedi 1965 digelar di Hotel Arya Duta pada tanggal 18 dan 19 April. Meski mendapat banyak kritikan dan kecaman, namun simposium merupakan sebuah peristiwa bersejarah, dimana sebuah isu yang dianggap sangat sensitif, dibawa ke atas panggung publik untuk dibicarakan. Tujuan dari simposium ini adalah untuk menghasilkan rekomendasi dan konsep rekonsiliasi agar kasus tragedi 1965 tidak menjadi batu ganjalan dalam sejarah bangsa Indonesia.

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel