HARUSKAH TRADISI TAWURAN PELAJAR DI BLOK M DILESTARIKAN

Dibaca: 575 Oleh Thursday, 18 February 2016Opini Publik
HARUSKAH TRADISI TAWURAN PELAJAR DI BLOK M DILESTARIKAN

Author :: SuperUser Account
Date :: Sel 09/20/2011 @ 09:06
Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto membantah bahwa pihaknya tak melakukan tindakan dalam menghentikan berbagai kasus tawuran yang sering terjadi di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta. Namun, ia membenarkan, bahwa pertikaian antar kedua sekolah tersebut memang telah terjadi puluhan tahun. Demikian juga adanya pengakuan bahwa tawuran yang melibatkan siswa SMA Negeri 6 di Jalan Mahakam, Jakarta Selatan, sudah merupakan tradisi yang terus diturunkan oleh senior kepada junior. Banyak faktor yang membuat kejahatan itu bertahan hingga saat ini. Kalau hal ini benar, tentu ini mengerikan, dimana tawuran itu dianggap bagian dari tradisi yang terus ditradisikan. Menurut pengakuan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mahfudz Siddiq di Kompleks DPR, Jakarta, yang dikutip Kompas pada hari Senin (19/9/2011), bahwa pada masa lalu, pada semester pertama dia sudah dikondisikan tawuran dengan SMA 70. Tawuran kali ini bukan barang baru, untuk itu maka perlu adanya solusi, bahwa kondisi lingkungan kedua sekolah ini sudah tidak sehat, lingkungan SMA 6 yang dikepung mal dan segala aktivitas yang mengganggu proses belajar mengajar menjadi salah satu faktor bertahannya tradisi tawuran itu. Semua pihak harus duduk bersama memecahkan kebuntuan, berpikir lokasi alternatif. Soal penganiayaan kepada wartawan juga harus dicermati secara hati-hati. Adanya isu DPR memanggil Panglima TNI dan Kasad untuk mengklarifikasi adanya anak jenderal yang terlibat tetapi dilindungi oleh bapaknya tidak perlu dilakukan, sebab akan membuang waktu saja. Laporkan jenderal siapa yang akan melindungi anaknya, jika anaknya benar-benar terlibat dalam penganiayaan wartawan kepada Kasad maupun Panglima TNI, saya yakin Panglima maupun Kasad tidak akan mentolerir aksi-aksi tersebut, seperti juga janji Kapolri dan jajarannya akan menindak tegas siapapun yang bersalah dalam tawuran antar pelajar dan bentrokan pelajar dengan wartawan.

Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto membantah bahwa pihaknya tak melakukan tindakan dalam menghentikan berbagai kasus tawuran yang sering terjadi di SMA 6 dan SMA 70 Jakarta. Namun, ia membenarkan, bahwa pertikaian antar kedua sekolah tersebut memang telah terjadi puluhan tahun. Demikian juga adanya pengakuan bahwa tawuran yang melibatkan siswa SMA Negeri 6 di Jalan Mahakam, Jakarta Selatan, sudah merupakan tradisi yang terus diturunkan oleh senior kepada junior. Banyak faktor yang membuat kejahatan itu bertahan hingga saat ini. Kalau hal ini benar, tentu ini mengerikan, dimana  tawuran itu dianggap bagian dari tradisi yang terus ditradisikan. Menurut pengakuan Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mahfudz Siddiq di Kompleks DPR, Jakarta, yang dikutip Kompas pada hari Senin (19/9/2011), bahwa pada masa lalu, pada semester pertama dia sudah dikondisikan tawuran dengan SMA 70. Tawuran kali ini bukan barang baru, untuk itu maka perlu adanya solusi, bahwa kondisi lingkungan kedua sekolah ini sudah tidak sehat, lingkungan SMA 6 yang dikepung mal dan segala aktivitas yang mengganggu proses belajar mengajar menjadi salah satu faktor bertahannya tradisi tawuran itu. Semua pihak harus duduk bersama memecahkan kebuntuan, berpikir lokasi alternatif. Soal penganiayaan kepada wartawan juga harus dicermati secara hati-hati. Adanya isu DPR memanggil Panglima TNI dan Kasad untuk mengklarifikasi adanya anak jenderal yang terlibat tetapi dilindungi oleh bapaknya tidak perlu dilakukan, sebab akan membuang waktu saja. Laporkan jenderal siapa yang akan melindungi anaknya, jika anaknya benar-benar terlibat dalam penganiayaan wartawan kepada Kasad maupun Panglima TNI, saya yakin Panglima maupun Kasad tidak akan mentolerir aksi-aksi tersebut, seperti juga janji Kapolri dan jajarannya akan menindak tegas siapapun yang bersalah dalam tawuran antar pelajar dan bentrokan pelajar dengan wartawan.

Terkait

Gabung dalam diskusi 1 komentar

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel