Ceramah Tarawih Di Istiqlal, Mahfud: Puasa Mengajarkan Mati Sebelum Mati

Dibaca: 171 Oleh Friday, 16 April 2021Menko Polhukam, Berita
Ceramah Tarawih Di Istiqlal, Mahfud: Puasa Mengajarkan Mati Sebelum Mati

SIARAN PERS NO. 65/SP/HM.01.02/POLHUKAM/4/2021

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Prof Mahfud MD menjadi penceramah dalam salat Tarawih berjamaah malam kelima Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Jumat (17/4).

Salat tarawih berlangsung dengan protokol kesehatan yang amat ketat. Seluruh jamaah wajib memakai masker. Shafnya berjarak dua meter lebih antara jamaah satu dengan yang lain.

Sebelum masuk ke dalam Masjid, jamaah diperiksa suhu tubuhnya oleh petugas. Untuk tempat wudhu, sudah ada petugas yang mengarahkan agar tidak berkerumun. Di dalam, tak disediakan karpet. Jamaah membawa sajadah sendiri-sendiri.

Dalam ceramahnya, Mahfud mengajak jamaah untuk menahan hawa nafsu selama berpuasa.

“Tahan hawa nafsu untuk tidak berbuat sewenang-wenang dan selalu berbuat baik menolong orang lain,” ungkap Mahfud MD dari depan mimbar.

Diterangkannya, siapapun saja punya godaan masing-masing. Godaan pun datang silih berganti sesuai peran dan kapasitas seseorang.

“Siapapun itu, pejabat, pedagang, yang cantik, miskin, punya godaan sendiri. Kita mampu tidak bertahan dari banyak godaan? Khususnya selama puasa,” tambahnya.

Menurutnya, berpuasa adalah mencoba bersikap mati sebelum mati. Mati menurut hadis nabi, ada mati sebelum mati. Nuraninya tetap hidup. Maksudnya orang mampu menjaga dirinya dari keperluan fisik duniawi yang mampu membunuh hawa nafsu, ketamakan, dan nafsu lainnya.

“Bersikap mati sebelum mati. Bertahan maupun menyerang agar tidak tergoda hawa nafsu. Menyerang dalam arti positif, yakni membantu yang membutuhkan, mengerjakan pekerjaan dengan baik dan sungguh-sungguh,” kata Mahfud MD.

“Manakala kita bisa mengendalikan hawa nafsu, baik dengan bertahan maupun menyerang, kita bisa masuk bulan syawal dengan meningkat. Syawal artinya meningkat. Kalau tidak, puasa wajib terpenuhi, tapi hatinya tidak tertempa. Masih keras. Kalau tidak berubah, kita artinya tidak bisa menempa diri selama berpuasa,” tandas Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.

(*)

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel