Widodo Adi Sucipto

Dibaca: 673 Oleh Thursday, 21 October 2004May 15th, 2019Menko Polhukam
Widodo Adi Sucipto

Nama : Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sucipto
Lahir: Boyolali, Jawa Tengah, 1 Agustus 1944
Agama: Islam
Isteri: Sri Murniati SE
Jabatan: Panglima TNI 1999-2002
Pendidikan:
:: Akademi Angkatan Laut Angkatan XIV (1968)
Karir:
:: Perwira Senjata di KRI Irian (1968).
:: Komandan KRI Monginsidi (1986)
:: Komandan KRI Ki Hajar Dewantara (1988)
:: Komandan KRI Abdu Halim Perdanakusuma (1989)
:: Kepala Staf Armada RI Kawasan Barat (1994-1995)
:: Panglima Armada RI Kawasan Barat (1955).
:: Kepala Staf Angkatan Laut.
Wakil Panglima TNI
:: Panglima TNI 1999-2002
:: Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Kabinet
Indonesia Bersatu 2004-2009
Prioritas Atasi Konflik & Teroris
Lama tidak tampil di depan publik, pensiunan Laksamana TNI-AL Widodo Adi Sucipto dipercaya
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memegang pos Menko Politik, Hukum dan Keamanan.
Prioritasnya menangani konflik dan terorisme. Prioritas lain, menyelamatkan sumber daya alam,
komoditi hutan dan laut, dari pencurian.
Untuk meningkatkan koordinasi penanganan dan pemberantasan terorisme, Widodo membentuk
sebuah badan tingkat domestik yang akan mengatur langkah-langkah operasional, termasuk
payung hukum dan pendayagunaan aparat intelijen. Juga dibutuhkan dukungan dari publik untuk
mengatasi aksi-aksi teror.
Widodo lahir di Boyolali, Jawa Tengah, 1 Agustus 1944. Dia menamatkan ABRI-AL tahun 1968.
Satu-satunya Laksamana Angkatan Laut yang menjabat Panglima TNI (1999-2002).
Ketika menjabat Panglima TNI, Widodo melihat berkecamuknya konflik yang dipicu oleh
perbedaan kepentingan antar kelompok. Kepentingan kelompok sangat mengemuka
mengalahkan kepentingan bangsa dan negara. Karena itu, tiada hari adu pendapat untuk tujuan
memenangkan kelompok sendiri.
Untuk keluar dari krisis, kata Widodo, bangsa ini harus mempererat rasa kebersamaan. Dengan
demikian tidak ada persoalan bangsa yang tidak bisa diselesaikan. Krisis tidak bisa diselesaikan
dengan menyalakan terus dendam dan permusuhan.
Prioritas utama lainnya, meredam konflik bersenjata di Aceh, Poso dan Papua. Soal status
darurat sipil sudah diperpanjang dan terus menerus dievaluasi agar diturunkan statusnya menjadi
tertib sipil. Operasi militer hanya dilakukan di sisa-sisa basis militer Gerakan Separatis Aceh.
Soal terorisme, Widodo ingin mengubah paradigma bahwa aksi terus melekat dengan ummat
Islam. Sesungguhnya, kata Widodo, Islam itu agama yang menjunung perdamaian dan
keselamatan ummat manusia, tanpa membedakan ummat dari agama dan bangsa apa pun.
Islam, kata Widodo, membawa missi keselamatan bagi seluruh alam. Membangkitkan sentimen
agama hanya membuat bangsa ini terpuruk dan terpecah belah.
Ummat beragama diminta tidak terpedaya oleh informasi yang tidak jelas kebenarannya.
“Sekarang yang benar bisajadi salah, yang salah bisa jadi benar,” kata Widodo.

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel