Hari Sabarno

Dibaca: 289 Oleh Friday, 12 March 2004May 15th, 2019Menko Polhukam
Hari Sabarno

Nama: Letjen TNI (Purn) Hari Sabarno
Lahir: Solo, Jateng, 12 Agustus 1944
Agama: Islam
Isteri: RA Dewi Margawati
Anak: Vina S Priamsari dan Fery Indrayudha
Pendidikan:
– Akademi: AMN 1967
– S1: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 1994
– S2: Magister Manajemen 1998
Pekerjaan:
Menko Polkam Ad Interim (12 Maret 2001 – 2004)
Menteri Dalam Negeri Kabinet Gotong Royong 2001-2004
Anggota DPR (1999-2004) Fraksi TNI/Polri
Penghargaan:
“The Best Executive Award” Reformasi 1999, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya dan Pratama,
Bintang Yudha Dharma Nararya dan Pratama serta Bintang Mahaputra Adhipradana.
Alamat Kantor:
Jalan Medan Merdeka Utara No.7, Jakarta 10110
Telepon (021) 3842222 -3450038 pes 2212
Fax (021) 38112221
Alamat Rumah:
Jalan Denpasar Raya Blok C III No.2, Kuningan, Jakarta
Mencegah Disintegrasi Bangsa
Menteri Dalam Negeri Hari Sabarno ditunjuk Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Menko
Polkam ad interim, Jumat 12 Maret 2003, menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono yang sehari
sebelumnya mengajukan permohonan undurkan diri. Presiden mengangkat Hari Sabarno karena
yang bersangkutan dinilai cakap dan memahami tugas Menko Polkam.
“Beliau pejabat di lingkungan polkam yang paling senior. Dan, dari penilaian presiden, beliau
cakap untuk tugas itu,” kata Menteri Sekretaris Negara Bambang Kesowo dalam jumpa pers di
Sekretariat Negara, Jumat malam. Penunjukan itu ditetapkan dalam surat Sekretaris Negara
kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Hari Sabarno tertanggal 12 Maret 2004. “Keputusan itu
telah diberitahukan kepada Mendagri,” paparnya.
Sebagai Menteri Dalam Negeri, ia melihat tantangan ke depan adalah adanya gejala disintegrasi
melalui gerakan yang halus sampai terbuka. Harus dipelajari kedalamannya apakah murni
kepingin merdeka sendiri atau hanya sebagai satu move karena rasa keadilan politik, ekonomi,
kesejahteraan yang kurang diperhatikan.
Mendengar namanya disebut dalam pengumuman pembentukan Kabinet Gotong Royong, ia
merenung. Tetapi karena itu satu amanah, satu permintaan dari negara melalui presiden, ia
sebagai individu yang berlatar belakang militer tidak pernah menawar sesuatu perintah atau
tugas, sebab tugas dan perintahan itu adalah kehormatan. Bahwa menjadi menteri itu tidak untuk
enak-enakkan, tetapi mengemban tugas berat dan mulya. Kepercayaan besar yang diberikan
kepadanya merupakan satu kehormatan dan pengakuan atas integritas diri dan kemampuan
untuk memimpin suatu departemen yang strategis.
Jenderal bintang tiga, ayah dua orang anak, Vina S Priamsari dan Fery Indrayudha, ini
mengatakan bahwa sebagai orang yang berlatar belakang prajurit, kalau diberi suatu
kepercayaan maka semua itu harus dilakukan seoptimal mungkin.
Bagi pria kelahiran Solo, 12 Agustus 1944 ini, pengangkatannya menjadi Menteri Dalam Negeri,
selain amanah juga merupakan “kado” istimewa hari ulang tahunnya yang ke-57. Sebelum
pengumuman itu, sebenarnya malam harinya pukul 01.00 ia telah ditelepon Ibu Presiden. Saat
ditelepon itu, ia menyatakan ini satu kehormatan, amanah dari Allah SWT.
Tentang pengangkatannya, suami RA Dewi Margawati, ini yakin bahwa presiden bersama para
stafnya tentunya sudah melakukan penilaian mendalam kepada dirinya.
Pengalamannya di Majelis menjadi modal yang sangat berharga baginya masuk ke dunia
eksekutif. Karena ia dari legislatif, ia paham bagaimana harus berhadapan dengan legislatif.
Waktu jadi Ketua Komisi II ia bertanya kepada Mendagri, tentu gilirannya yang akan ditanya oleh
Ketua Komisi II.
Sebelum menjabat Mendagri, ia masih menjabat Wakil Ketua MPR dari Fraksi TNI/Polri.
Perjalanan kariernya berawal pada tahun 1967, setlah lulus dari pendidikan militer dengan
pangkat Letnan Dua. Ia mendapat promosi pertama sebagai Komandan Peleton dan Kasi-2
Brigade Infantri di Kodam Brawijaya antara tahun 1968-1975.
Kemudianj jabatan Komandan Batalyon (Danyon) dan Komandan Korem (Danrem) di Kodam
Siliwangi diembannya dari pangkat Letkol hingga Kolonel dalam kurun waktu 11 tahun (1982-
1993). Karier militernya makin menanjak setelah ia dipromosikan menjabat Wakasospol dan
Asospol Kasospol ABRI di Mabes ABRI, pada 1994-1995.
Setelah itu, ia dipercayakan mewakili ABRI di lembaga legislatif sejak 1995. Langsung menjadi
Ketua Fraksi ABRI. Kemudian terpilih menjadi Wakil Ketua MPR/DPR dari Fraksi TNI/Polri hingga
2001 dengan pangkat terakhir Letjen TNI. Kiprahnya di lembaga legislatif itu sangat berhasil.
Terbukti, masa aktifnya diperpanjang selama dua tahun agar ia bisa tetap mejabat unsur
pimpinan MPR/DPR mewakili TINI/Polri.
Jenderal yang murah senyum ini mendapat penghargaan “The Best Executive Award” Reformasi
1999. Ia juga menggenggam sejumlah bintang jasa seperti Bintang Kartika Eka Paksi Nararya
dan Pratama, Bintang Yudha Dharma Nararya dan Pratama serta Bintang Mahaputra
Adhipradana. ►tsl, dari berbagai sumber
*** TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel