Menko Polhukam: Islam Wasathiyah Basis Nasionalisme Menyongsong Indonesia Emas 2045

Dibaca: 237 Oleh Saturday, 28 May 2022June 2nd, 2022Menko Polhukam, Berita
WhatsApp Image 2022 05 28 at 8.37.37 PM

SIARAN PERS No: 62/SP/HM.01.02/POLHUKAM/5/2022

Kemerdekaan Indonesia adalah sama seperti yang diwujudkan Nabi Muhammad ketika membangun negara Madinah, yaitu negara yang inklusif, kosmopolit, dan anti diskriminasi.

Demikian disampaikan Menko Polhukam Mahfud MD, pada acara Halal Bihalal dan Bincang Sahabat Mahfud dengan tema ‘Meneguhkan Konsensus Kebangsaan, Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan di kediaman pribadi Mahfud MD, Sabtu pagi (28/5) di Yogyakarta.

Sahabat Mahfud adalah paguyuban yang sudah berdiri sejak tahun 2013 dan terus mensosialisasikan ide dan gagasan Mahfud terutama tentang penegakan hukum, demokrasi, dan konsensus kebangsaan.

Mahfud memaparkan bahwa dari perhitungan ilmiah yang dilakukan sejumlah lembaga kredibel, maka pada 2045 Indonesia menjadi negara kekuatan ekonomi keempat atau kelima di dunia. Ini menurutnya, bisa tercapai jika konsensus kebangsaan kita terpelihara, tidak hancur sebelum 2045.

Bagaimana ini bisa terjadi? Menurut Mahfud, Indonesia bisa bermasalah besar saat tidak ada penegakan hukum, keadilan amburadul, menjadi sektarian, polarisasi ideologi tajam, dan pembelahan masyarakat terjadi.

“Kita bisa beragama masing-masing ke tempat ibadah masing-masing, tapi ketika negeri ini menghadapi hal-hal mendasar kita harus sama seperti memberantas korupsi, menegakkaan hukum membangun keadilan. Itu nilai-nilai kebangsaan kita, yang penting adalah tujuan hidup bernegara,” ujar Mahfud.

Kalimatun sawa atau kesepakatan bersama kita adalah konsensus nasional menyongsong Indonesia emas 2045, menurut Mahfud, dan ini sangat penting untuk dicermati, karena menjaga bangsa Indonesia bukanlah saat ini saja tapi untuk generasi berikutnya.

“Islam Washathiyah adalah moderasi beragama, itulah yang harus menjadi basis nasionalisme kita. Dengan Ini, kita bisa mengatasi polarisasi ideologi kita,” ujarnya.

Hadir sebagai pemateri diskusi pada acara tersebut adalah Edy Suandi Hamid, Zainal Arifin Mochtar, Islah Bahrawi, dan Abdul Gaffar Karim. Acara dihadiri oleh Sahabat Mahfud se-Indonesia, yang hadir secara fisik dan daring.

Zainal Arifin Mochtar dalam kesempatan itu menyampaikan Salah satu ide dalam solusi pemberantasan korupsi adalah dengan melakukan semacam rekonsiliasi. Ujarnya, “Memberi batasan tutup buku kepada praktik-praktik korupsi, setelah itu akan ditindak tegas dan jangan sampai ada lagi praktek korupsi kedepan.”

Sedangkan Islah Bahrawi memaparkan bahwa, terorism is not religion. Terorisme bukan bagian dari Islam. Tetapi masalah kedaulatan negara, masalah ideologi transnasional.

“Akan jadi masalah besar kedepan kalo kita tidak aware. Akan menjadi petaka 2045 dan tujuan bangsa ini sulit tercapai jika masalah atas nama agama ini tidak terselesaikan,” ujar Islah. (*)

Terkait

Kirim Tanggapan

Skip to content Made with passion by Vicky Ezra Imanuel